Ide ini digagas oleh Muhammad Arif Hadi (18), Firda Atika (19) dan Aisyah Amin (21). Ketiga mahasiswa jurusan Ilmu Kesehatan Fakultas Kesehatan Unej ini mewujudkan kreasi edukasi berupa masker didasari beberapa keluhan perihal asap rokok di lingkungannya pada masa lalu.
Seperti yang dialami Muhammad Arif Hadi. Dia berkisah bahwa Ayahnya adalah perokok aktif sejak muda. Dikarenakan faktor itu, sang ayah mengidap penyakit jantung koroner pada tahun 2008 dan akhirnya meninggal tahun 2009 lalu.
"Saya juga kurang suka dengan seseorang yang merokok di angkutan umum. Mulai dari faktor mengganggu kesehatan orang lain, juga menyebabkan baju penumpang lainnya berbau asap," tutur Arif, Senin (7/11/2016).
Arif pun mencari rekan yang satu pemikiran dengannya. Dia pun akhirnya menemukan Firda Atika dan Aisyah Amin yang juga memiliki sejarah dampak buruk rokok pada kehidupannya dulu.
"Pakde saya seorang perokok. Dia memiliki anak yang akhirnya sejak kecil memiliki jantung lemah. Diagnosisnya dimungkinkan terkena asap rokok ayahnya sendiri sejak bayi," kata Firda Atika terpisah.
Firda juga menilai, bahaya rokok perlu dikampanyekan untuk lebih menjamin kesehatan pada bayi dan anak anak. Oleh sebab itu, mereka sepakat menjadikan masker sebagai alat edukasi.
"Kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih peduli kepada lingkungannya. Terutama bagi anak anak mereka sendiri agar tidak merokok demi kesehatan keluarganya," tutur perempuan asal Kabupaten Jombang ini.
Sementara Aisyah menjelaskan, secara garis besar, ide tersebut bermula dari keprihatinan mereka karena melihat banyak orang tua yang merokok di hadapan anak-anaknya. "Padahal selain berbahaya bagi kesehatan anak, orang tua yang merokok secara tidak langsung mengajari anak-anak untuk merokok juga," ucap mahasiswi semester V tersebut.
Ia mengingatkan anak-anak memiliki imunitas yang lebih lemah dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga jika sering terpapar asap rokok bakal mudah terserang penyakit. Selain itu, anak-anak berada dalam tahap perkembangan yang memerlukan asupan oksigen lebih banyak agar metabolismenya berjalan sempurna. Jika oksigen sudah terpapar asap rokok, maka anak-anak yang akan menjadi korban.
"Akhirnya kami membuat masker dengan menuliskan pesan khusus agar masyarakat lebih sadar untuk tidak merokok sembarangan, terutama jika di depan anak," ucap Aisyah.
Salah satu pesan yang dituliskan pada masker yakni 'Ayah OK tanpa Rokok'. Masker ini sudah mereka bagikan ke sejumlah siswa SDN Jember Lor 3, Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang pada September 2016 lalu.
"Respons pengguna sangat positif. Apalagi sejauh ini belum ada yang menggunakan masker sebagai media promosi kesehatan," tutur Aisyah.
Karya ketiga mahasiswa ini pun mendapatkan apresiasi. Terbukti meraih juara II dalam ajang Indonesian Youth Festival of Science (INOVASI) 2016 yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah Universitas Hasanuddin, Makassar pada tanggal 27-30 Oktober lalu.
"Ke depan, kami akan bekerjasama dengan komunitas pegiat kesehatan, tokoh masyarakat, guru dan dinas kesehatan untuk menyerap aspirasi sekaligus memperluas cakupan penerima masker 'Ken Arok'. Termasuk melakukan penelitian lanjutan apakah penggunaan masker 'Ken Arok' berhasil menyadarkan perokok atau belum," pungkas mahasiswi asal Kota Blitar ini.
0 Response to "Masker Ken Arok Digunakan Digunakan Dalam Kampanye Anti Rokok"
Posting Komentar