Waspada Saat Kita Berolah Raga, Jangan Sampai Terkena Serangan Jantung

Serangan jantung seringkali disebut mendadak. Namun sebenarnya, serangan itu tidak terjadi tiba-tiba.

Ada serangan dan tanda sebelum terjadi serangan yang fatal yang berujung kecacatan bahkan jiwa.

Sebelum terjadi serangan yang fatal, tubuh telah memberikan alarm atau tanda. Sayangnya bila tidak fatal, kerap diabaikan.

Dokter Antono Sutandar SpJP mengatakan, kita bisa mengenali adanya masalah pada jantung sebelum terjadinya serangan jantung dari aktivitas yang biasa dilakukan.

Aktivitas tinggi yang biasanya bisa dilakukan lama-lama menjadi menurun. Ia memberikan contoh ketika sebelumnya naik tangga hingga empat lantai, namun seiring waktu semakin berat untuk ke lantai 4.

Turun hanya sanggup ke lantai 3 lalu turun terus menjadi hanya lantai dua saja. “Ketika sudah tidak bisa mencapai empat lantai sebenarnya penyempitan sudah terjadi, dan bila semakin sesak sudah semakin parah,” kata dokter Antono saat Forum Diskusi Kesehatan yang diselenggarakan Harian Kompas dan RS Siloam dengan tema Mengenali Gejala Penyakit Jantung di Restoran Puang Oca, Sabtu (24/9/2016).

Menurutnya, aktivitas olahraga menjadi sistem alam yang lebih baik untuk memberi tahu ada masalah jantung.

“Kalau sudah tidak bisa melakukan aktivitas fisik, sebenarnya telah terjadi penyempitan dengan manifestasi terjadinya serangan jantung,” ujarnya.

Pemeriksaan kesehatan termasuk EKG (Elektrokardiogram) secara menyeluruh harus dilakukan. Lebih baik lagi dilakukan secara rutin.

Terlebih bila menemui aktivitas fisik yang semakin menurun, sebaiknya segera diperiksakan kondisi jantung untuk mencegah terjadinya serangan jantung.

Dokter Antono yang juga menjadi Chairman RS Siloam mengatakan, saat ini fasilitas dan teknologi kedokteran di rumah sakit telah berhasil menurunkan angka kematian akibat jantung.

Ada periode waktu 12 jam pasien dilakukan perawatan untuk mencegah meluasnya pembuluh yang rusak.
Sayangnya karena terlambat dibawa ke rumah sakit, pasien sudah meninggal sebelum dilakukan perawatan di rumah sakit.

Ia menceritakan, ketika pasien sampai ke rumah sakit, sebelum tahun 1970, sebelum adanya fasilitas ICCU (intensive Cardiologi Care Unit), serangan jantung telah menyebabkan kematian hingga 30 persen.

Setelah adanya fasilitas ICCU dengan memantau hingga 3-4 hari, kejadian kematian turun menjadi 15 persen.

Tahun 1980 ketika aspirin mulai rutin dikonsumsi, kematian di rumah sakit menurun menjadi 12 persen.

Dan di tahun 1990an turun menjadi 9 persen. Mulai ahun 2000an ketika rumah sakit mulai punya fasilitas tindakan membuka pembuluh darah kematian menurun menjadi 5-6 persen.

Dokter Lily Sriwahyuni Sulistyowati MM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dikesempatan yang sama mengatakan, diperlukan pemantauan gula darah, tekanan darah tinggi, lingkar perut, serta obesitas untuk pencegahan.

Ia mengakui, di Indonesia diperkirakan baru sepertiga pasien yang terdeteksi, sisanya tidak ditangani. Walaupun hanya sepertiganya saja, namun biaya pengobatan yang dilakukan besar. Khusus penyakit jantung Pemerintah mengeluarkan dana Rp 13,6 triliun terhadap 1,3 juta pasien atau 23,9 persen dari biaya perawatan kesehatan. Dari Rp 13,6 triliun tersebut, yang dirawat inap mencapai biaya Rp 9,6 triliun.

Selain rutin melakukan pemeriksaa kesehatan diperlukan juga gaya hidup sehat antaralain mengonsumsi makanan yang tidak banyak diolah.

“Semakin banyak diolah akan ditambahkan gula, garam, minyak dengan digoreng akan semakin tidak baik. Sebaiknya hindari pengolahan yang berlebihan. Semakin ke original semakin aman,” kata dokter Antono.

Tips Sehat Agar Terhindar dari Penyakit Jantung
1. Tidak merokok.
2. aktivitas fisik minimal 30 menit (5x seminggu).
3. Jaga berat badan ideal.
4. Tekanan darah dibawah 140/90 mmHg
5. Kolesterol total dibawah 190 mg/dl.
6. Pertahankan gula darah normal.
7. Hindari stress.

0 Response to "Waspada Saat Kita Berolah Raga, Jangan Sampai Terkena Serangan Jantung"

Posting Komentar